RSS

Telah Terbit Buku Tentang Taman Tradisional Jepang oleh Artbanu Wishnu Aji

cover taman a4

PREVIEW BUKUpreview book

Pemesanan dan Pembelian :

WA 081903736409, email: cahyapustaka@yahoo.com

atau FB Cahya Pustaka

Buku ini menyajikan hasil riset penulis selama di

Jepang yang dilengkapi dengan hasil eksperimen

penulis saat menyelesaikan studi S2 di Indonesia.

Segala sesuatu tentang taman Jepang dipaparkan

dengan lengkap, tidak hanya secara teknis tapi

juga secara filosofis dan historis. Dengan

membaca buku ini, seseorang yang berencana

membuat taman Jepang diharapkan memiliki

pemahaman tentang dasar-dasar perancangan

taman Jepang. Sehingga, taman yang dirancang

d a p a t    m e m i l i k i  ‘ f e e l s ‘  J e p a n g d e n g a n

menggunakan beragam material tradisional

maupun kontemporer yang sesuai dengan kondisi

alam tropis Indonesia.

 
Leave a comment

Posted by on 29/02/2016 in Design And Architecture

 

Ruang Kosong

Ketika seseorang mengetuk pintu dan tak segera mendapatkan jawaban langsung dari si empunya rumah, seringkali si tamu akan bertanya kepada tetangga sebelahnya tentang keberadaan si empunya rumah. Si tetangga terkadang menjawab “ rumah pak Budi kosong, semua lagi pergi ke hajatan saudaranya”. Jawaban ini bukan berarti bahwa rumah tersebut kosong sama sekali tanpa ada satu perabotpun di dalamnya.  Frase rumah kosong dalam bahasa Indonesia bisa digunakan untuk menjelaskan beberapa keadaan, yaitu rumah yang ditinggalkan pergi penghuninya   atau rumah yang memang tidak dihuni samasekali.

Secara umum kata kosong biasanya mengacu pada keadaan dimana tidak terdapat sesuatu di dalamnya, namun khusus untuk rumah, kantor, kamar dan semua tempat yang biasa dihuni oleh manusia ( dan terkadang hewan ) bisa disebut kosong walupun di dalamnya terdapat perabot dan segala macam perlengkapan rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa penghuni ruang memiliki peran penting dalam menunjukkan eksisitensi ruang yang ditempatinya. Ketika seseorang baru pindah ke rumah baru dan tak memiliki apapun di dalam rumahnya, para tetangga tetap menganggapnya sebagai rumah yang sudah “terisi”.

Ruang, perabot dan pemakai merupakan satu kesatuan yang membentuk identitas ruang. Hal pertama yang perlu diperhatikan tentu manusia yang menggunakan ruang tersebut. Manusia dan aktifitasnya adalah determinan yang menentukan bagaimana ruang di tata dan bagaimana perabot diatur susunannya. Rumah pada masa prasejarah tentu tidak memiliki perabot yang lengkap seperti yang kita jumpai sekarang ini. Bisa jadi hanya tungku dan beberapa rak batu dan tempat sederhana yang tak bisa disebut “perabot”. Rumah rumah rakyat jelata di Mesir Kuno juga hanya memiliki satu dipan dan satu bangku, itupun masih dengan desain yang sangat sederhana. Fenomena kehidupan modern-lah yang mendifinisikan rumah dengan perabot lengkap seperti meja kursi, tempat tidur, lemari pakaian, lemari makan, meja kerja, kursi tamu, kursi makan, meja kerja dan perabot khusus lainnya. Semakin lengkap perabot yang kita miliki semakin tinggi status sosial kita dalam masyarakat.

Kelengkapan perabot ini menunjukkan kemapuan daya beli dan kemampuan ekonomi seseorang. Keluarga yang tak tampu memiliki perabot lengkap seringkali dianggap “kurang mampu” walaupun tidak sampai dianggap miskin. Keragaman perabot yang dimiliki oleh seseorang juga memiliki nilai tersendiri. Perabot seperti kursi goyang, kursi malas, kursi pijat dan sejenisnya sering dianggap sebagai barang “lebih”.

Arsitek modern seringkali mendisain ruang dengan perabot yang terbatas. Terlepas dari legitimasi eksistensi filosofi desain Modern yang akhir akhir ini banyak dipertanyakan, konsep perabot yang terbatas ini menunjukkan bahwa prinsip prisip kehidupan pra-modern; dimana perabot tidak memegang peranan penting di dalam ruang;   tidak hilang begitu saja dari memori kolektif kemanusian.

Barangkali kita perlu memikirkan kembali apakah perabot yang kita miliki memang benar benar kita butuhkan. ……………………

 
Leave a comment

Posted by on 17/11/2015 in Uncategorized

 

Kesalahan Dalam Desain

Desainer dalam melakukan kegiatannya seringkali dihadapkan pada permasalahan yang sangat komplek sehingga tidak jarang melakukan banyak kesalahan. Jenis kesalahan ini bisa bermacam macam dari mulai tahap programming hingga pada tahap eksekusi.

Kesalahan desain yang paling fatal tentu saja terdapat dalam tahap eksekusi di mana hasil final sudah mulai terbentuk dan proses feedback hanya mungkin dilakukan dengan pembongkaran. Persoalan yang muncul dari kesalahan ini bisa jadi akan sangat merugikan secara materiil karena waktu dan tenaga yang harus dikeluarkan. Namun demikian tidak semua kesalahan dalam desain berakhir buruk.

Tulisan ini akan membahas beberapa maha karya desain yang merupakan hasil dari kesalahan desain. Sejarah membuktikan bahwa desain yang dibangun dengan idealisme dan optimisme pun kadang harus mengalami nasib tragis seperti perumahan Pruitt Igoe di Amerika. Sedangkan desain yang dibangun karena kesalahan perhitungan justru menjadi masterpiece dan landmark yang mengundang decak kagum dan apresiasi tinggi.

Contoh paling menonjol dari kesalahan design ini adalah Menara Pisa di Italia. Menara pisa menjadi bangunan yang masyur karena kesalahan perhitungan kekuatan tanah untuk menahan beban bangunan yang begitu masif. Berat bangunan mendesak pondasi sehingga menara tersebut miring beberapa centimeter. Kesalahan fatal ini cukup untuk membuat sebuah gedung bertingkat di dunia Modern diratakan dengan tanah, namun untuk menara Pisa cerita dan kasusunya sedikit berbeda. Cacat design dan ketidak sempurnaanya justru menjadikannya unik dan terkenal

 
Leave a comment

Posted by on 20/04/2015 in Uncategorized

 

Hubungan antara Exterior dan interior

Elemen bangunan yang berfungsi untuk menggabungan exterior dan interior adalah pintu dan jendela. Pintu menghubungkan secara fisik dan jendela menghubungkan secara visual. Pintu merupakan akses untuk masuk ataupun keluar sehingga disebut memiliki akses fisik yakni bisa digunakan secara wajar untuk menuju ke dalam dan keluar. Jendala juga dapat digunakan sebagai akses, namun secara budaya dan aspek kewajaran sangat tidak lazim dan cenderung berbahaya. Orang yang terlihat masuk melalui jendela bisa dianggap sebagai “maling” meskipun memasuki rumahnya sendiri.Di Amerika serikat banyak kasus pelaporan dan salah tangkap karena pemilik rumah berusaha memasuki rumahnya sendiri melalui jendala.

Rumah tradisional Jepang memiliki pemecahan unik untuk menyediakan akses visual dan fisik yang dapat menghubungkan interior dan exterior bangunan. Meskipun rumah tradisional Jepang juga mengenal jendela, namun dalam banyak kasus pintu geserlah yang berfungsi sebagai pintu sekaligus jendela. Hal ini memberikan banyak keuntungan dalam pengelohan ruang. Pertama, bukaan dinding dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga ruang dapat berfungsi secara efektif. Jika dinding memiliki banyak bukaan maka penempatan perabot menjadi terbatas, sebagai contoh jendela yang terlalu lebar akan menyulitkan penempatan lemari. Dengan adanya pintu geser, bukaan dinding menjadi minimal dan perabot memilki fleksibilitas lebih besar.

Keuntungan kedua adalah penghematan alokasi ruang untuk alur bukaan pintu. Daun pintu yang dibuka dengan system geser tidak memerlukan alur putar sehingga ruang di belakang pintu dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu pintu geser juga tidak menimbulkan kejanggalan ketika dibuka karena tidak “mendorong” orang di dalam maupun di luar.

Keuntungan ketiga adalah akses visual yang lebih terpusat dan lebih lebar. Pintu geser dengan dua daun pintu dapat dibuka lebih lebar dari pintu dengan model swing. Hal ini dikarenakan pintu geser tidak memiliki engsel sehingga lebar daun pintu bisa dimaksimalkan. Dua pintu lebar yang dibuka bersamaan akan menciptakan bukaan dinding yang mengarah pada satu focus eksterior. Di rumah tradisional para samurai dan saudagar kaya Jepang, focus ini diarahkan ke taman sehingga tercipta hubungan antara eksterior dan interior yang terintegrasi.

Hubungan yang tercipta antara interior dan eksterior berisfat fisik dan visual. Jendela di rumah tradisonal jepang tidak memiliki peran visual yang dominan melainkan berfungsi sebagai pengatur sirkulasi hawa dari luar ke dalam. Hubungan visual tercipta melaui bukaan pintu. Pintu juga berfungsi sebagai hiasan dinding, karena biasanya pintu tersebut dilukis dengan lukisan tinta yang indah sehingga jika tertutup akan tercipta sebuah pemandangan alam yang terhampar dalam lukisan.

Terjaganya hubungan antara eksterior dan interior ini juga dilandasi oleh filosofi kehidupan masyarakat Jepang yang menghargai keindahan alam. Saat ini nilai dan semangat untuk menyatu dengan alam mulai terhalang oleh dinding beton dan pencakar langit. Setiap kita membuka jendela atau pintu rumah, yang kita jumpai adalah pemandangan dinding beton kusam dan gedung pencakar langit yang berlomba menutup sinar matahari pagi…..

 
Leave a comment

Posted by on 19/01/2013 in Uncategorized

 

LANTAI TEGEL DAN NOSTALGIA RUMAH TUA

Secara structural lantai berfungsi untuk menahan beban, baik manusia maupun barang yang ada di dalam ruangan. Untuk itu bahan lantai haruslah memenuhi dua syarat dasar yaitu keras dan tahan lama. Dalam bentuknya yang paling sederhana, lantai tidak lain adalah permukaan tanah di mana bangunan kita didirikan. Dalam perkembangannya bidang lantai banyak mengalami perubahan material dan berevolusi sesuai kebutuhan jaman.

Di Indonesia bahan penutup lantai yang paling lazim saat ini adalah keramik. Keuntungan memakai bahan keramik adalah sifat materialnya yang mudah dibersihkan dan terasa dingin disiang hari. Keramik juga tersedia dalam berbagai pola dan warna sehingga relative cocok untuk berbagai macam tipe ruang dan gaya.

Sebelum keramik populer sabagai bahan penutup lantai, tegel dan marmer merupakan bahan lantai pilihan di Indonesai. Pemakaian marmer sebagai bahan lantai dapat kita jumpai di rumah rumah mewah yang di bangun sebelum era 80-an. Namun demikian marmer tidaklah sepopuler tegel karena harganya yang terlalu mahal bagi masyarakat Indonesia.

tegel

Bahan  penutup lantai yang paling rasional bagi kelas menengah Indonesia di era 50-an hingga 80-an adalah tegel. Dibandingkan dengan keramik, tegel memiliki kelebihan tersendiri dalam hal pemakaian pola dan penyusunannya. Tegel memiliki pola floral yang dapat dikombinasikan dengan bentuk polos. Tegel juga dapat di desain dengan pola “border” dengan warna yang berbeda. Ukuran tegel sebetulnya bervariasi, namun ukuran yang paling lazim adalah 20X20cm. Ukuran ini lebih kecil dibanding keramik yang populer dengan ukuran 30X30cm. Hal ini memberikan keuntungan untuk pemakaian desain pola, karena ukuran 30X30cm akan memberikan kesan visual yang lebih renggang sehingga pola kurang bisa tertangkap kesatuannya.

Kelemahan dari bahan tegel adalah sifat permukaannya yang tidak sehalus keramik sehingga terkesan agak kusam dan kotor. Tegel abu-abu adalah tegel yang paling bayak dipakai di rumah rumah Indonesia. Warna ini menimbulkan kesan sendu dan kurang memberikan latar belakang kontras bagi furniture yang ada di atasnya. Selain abu-abu warna lain yang lazim dipakai adalah warna kuning, hijau muda, merah dan biru.

Saat ini tegel di toko bahan material sudah jarang kita jumpai. Hanya sedikit pabrik tegel yang masih beroperasi dan itupun biasanya hanya melayani pesanan. Walaupun pernah mengalami masa jaya sebagai material lantai di rumah-rumah Indonesia, saat ini tegel ibarat barang anti yang layak dijadikan koleksi. Desainer muda sudah jarang memilih tegel sebagai material penutup lantai walaupun secara artistic tegel memiliki pesona dan daya tarik tersendiri, terutama untuk menciptakan kesan nostalgia pada bangunan-bangunan seperti hotel, restoran ataupun café.

 
Leave a comment

Posted by on 14/03/2012 in Design And Architecture

 

Ruang-Ruang dalam Rumah Kita

Menurut beberapa ahli sejarah, konsep penamaan ruang seperti ruang makan, ruang keluarga dan ruang tamu baru muncul di Eropa pada abad ke -18. Sebelum periode tersebut masyarakat Eropa tidak mengenal konsep ruang makan khusus, mereka biasanya menggunkan ruang keluarga untuk makan bersama. Konsep ruang makan di Eropa muncul seiring dengan perubahan gaya hidup kaum borjuis eropa yang gemar mengundang tamu dan menjamunya dengan makanan mewah. Untuk mengakomodasi kegiatan tersebut kaum burjuis membutuhkan satu ruang khusus dengan interior mewah agar para tamunya terpesona dan merasa nyaman di dalamnya.

Tujuan dari menampilkan interior ruang makan yang mewah memiliki dua tujuan. Pertama kesan mewah dan rapi merupakan cerminan dari selera artistic si pemilik rumah. Adalah hal yang penting bagi kaum borjuis Eropa untuk memiliki selera artistic yang baik karena hal tersebut dapat meningkatkan citra diri mereka dimata rekan-rekan burjuis lainnya. Kedua ruang makan merupakan tanggung jawab dari istri pemilik rumah, untuk itu kondisi ruang makan yang tertata dengan baik menunjukkan loyalitas dan pengabdian kepada rumah tangganya. Perlu diingat bahwa konsep kesetaraan gender belum dikenal di Eropa pada masa itu sehingga ruang makan menjadi domain kaum perempuan yang berperan sebagai menejer rumah tangga.
Di Indonesia, ruang yang memiliki fungsi untuk menimbulkan impresi bagi tamu adalah ruang tamu. Masyarakat Indonesia tidak mengenal tradisi untuk mengundang makan tamunya di ruang makan. Ruang makan masih dianggap sebagai ruang privat sehingga agak terasa berlebihan jika mengundang tamu untuk makan bersama di ruang makan. Kecuali jika tamu tersebut adalah seseorang yang sangat akrab atau kerabat dekat.

Ruang makan di Indonesia tidak mengemban peran sebagai “etalase” bagi pemilik rumah. Meskipun masyarakat modern di kota besar memiliki perhatian lebih terhadap ruang makan, mereka lebih menekankan pada fungsinya yaitu mewadahi kegiatan makan dengan nyaman. Tentu saja nilai artistic tetap menjadi pertimbangan untuk desain ruang makan akan tetapi impresi visual ini tidak ditujukan untuk memberikan kesan atau pesan tertentu.

Saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan social yang dinamis. Cara hidup dan gaya hidup yang berbeda membuat “ruang” yang berbeda pula. Bisa jadi saat ini ruang makan bersifat privat namun hal ini bisa berubah jika kebiasaan penggunaan ruangnya berubah. Contoh dari perubahan sifat ruang ini bisa dilihat pada perletakan dapur. Saat ini hunian modern cenderung meletakkan dapur di depan untuk kemudahan akses. Seratus atau bahkan lima puluh tahun yang lalu dapur merupakan tempat paling belakang dan cenderung kotor. Dapur mengalami perubahan sifat ruang karena perubahan cara pandang pemanfaatan ruang. Tidak hanya sebagai tempat memasak tapi juga tempat untuk menggeluti hobi membuat kue, atau bahkan bersosialisai dengan teman.

 
1 Comment

Posted by on 21/02/2012 in Design And Architecture

 

PINTU GERBANG di RUMAH KITA

Pada masa Jawa klasik komplek perumahan di lingkungan kerajaan dikelilingi oleh pagar pembatas dan memiliki pintu gerbang berbentuk candi bentar. Seiring berjalannya waktu, rumah tradisional jawa mulai berevolusi mengikuti perkembangan gaya hidup dan kemajuan jaman yang terus bergulir. Saat ini hanya rumah-rumah pangeran Jawa yang masih memiliki pintu gerbang ( regol) sisa sisa dari masa-masa pembuatannya di abad 18-19.

Fungsi pintu gerbang sebetulnya tidak hanya bersifat fisik melainkan juga psikologis. Secara fisik pintu gerbang menjadi pembatas antara luar dan dalam. Pemisahan ini berfungsi untuk upaya pengamanan dan pengawasan agar tamu yang datang berkunjung dapat dikontrol dan diawasi. Secara psikologis gerbang juga memiliki kesan protektif yang dominan sehingga orang menjadi segan untuk memasukinya jika tidak memiliki keperluan tertentu dengan pemilik rumah.

Model dan variasi desain pintu gerbang sangat bervariasi antar satu budaya dengan budaya lainnya. Di Jepang pintu gerbang rumah rumah tradisional umumnya terbuat dari kayu dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Gerbang di rumah rumah Jepang memberikan kesan yang sangat tertutup namun tetap menampilkan sisi estetika yang ramah. Gerbang rumah rumah di Eropa pada umumnya bersifat transparan dengan menggunakan pagar besi atau pagar kayu yang tidak menutupi sepenuhnya pemandangan kedalam area perumahan.

Salah satu contoh gerbang di rumah rumah Jepang yang memberikan batas visual dan fisik dari jalan utama

Di Indonesia penggunaan pagar tinggi dan pintu gerbang memiliki konsekuensi sosiologis yang kurang menguntungkan, yaitu adanya kesan sombong dan menutup diri terhadap lingkungan sekitarnya. Meskipun secara historis contoh penggunaan gerbang tertutup ini dapat kita jumapai di rumah rumah Jawa namun pada perkembangannya bentuk pintu gerbang ini memiliki arti dan pesan yang berbeda. Pada masa abad 18-19 pintu gerbang ini memiliki pesan otoritas dan kewibawaan dengan tujuan memproteksi diri dari pihak pihak yang tidak berkepentingan. Saat ini pesan tersebut telah berubah meskipun tujuannya masih tetap sama yaitu untuk proteksi diri.

Sebagai elemen desain, gerbang memiliki potensi estetis untuk memperindah rumah kita. Hal yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan bentuk desain gerbang sesaui dengan kondisi sosiologis masyarakat Indonesia saat ini. Bentuk pintu gerbang yang massive dan tertutup rapat sebaiknya dihindari agar tidak terkesan angkuh dan sombong terhadap lingkungan sekitarnya. Desain yang ringan dengan kesan terbuka dapat dihasilkan dengan penggunaan bahan bahan seperti besi dengan pola jeruji. Menutupi jeruji besi dengan fiberglass seperti yang banyak kita lihat di kota kota besar adalah sesuatu yang kontra produktif, akan lebih baik jika jeruji itu tetap terbuka seperti desain aslinya. Jika kita menginginkan bentuk yang lebih tertutup gunakan bahan papan kayu berjajar dengan celah yang sempit sekitar 2 cm sehingga secara visual masih berkesan ringan namun privasi kita tetap terjaga

 
Leave a comment

Posted by on 23/10/2011 in Design And Architecture

 

Vandalisme dalam desain interior

Vandalisme adalah kejahatan yang sering diasosiasikan dengan lingkungan urban dan situasi kota besar yang penuh kekekarasan. Dibalik semua citra itu ternyata jenis kejahatan ini sering juga kita jumpai di interior bangunan, terutama interior bangunan public seperti terminal, rumah makan, kantor, kampus serta sekolah. Tempat tempat yang menjadi sasaran vandalism di interior bangunan sangat bervariasi tapi secara umum tembok, pintu, meja dan kursi adalah tempat utama bagi sasaran vandalisme.

Architect Frank Gehry seringkali menciptakan vandalisme dalam konteks yang positif

Tempat atau sudut sudut yang menjadi sasaran vandalisme pada umumnya adalah tempat yang kurang mendapat pengawasan. Kurangnya pengawasan ini bisa disebabkan oleh dua hal, yang pertama adalah sifat ruang itu sendiri yang tidak memungkinkan pengawasan secara intensif. Contoh dari ruang ini adalah kamar mandi dan WC umum. Kedua tempat ini tidak mungkin diawasi secara lekat karena melanggar aturan privasi penggunannya. Akibatnya di kamar mandi dan WC umum sering kita jumpai coretan coretan ataupun jenis pengrusakan property seperty pintu dan wastafel. Sebab kedua hasil dari desain ruang yang bersifat residual atau sisa sisa ruang. Ruang ini biasanya adalah ruang belakang atau sudut sudut yang kurang menarik.

Sasaran vandalisme secara teoritis merupakan tempat yang dirasa “kurang diperhatikan” atau setidaknya menurut pelaku vandalisme tempat tersebut tidak terlalu mendapat perhatian utama. Faktor lain yang mendorong vandalisme adalah “pancingan awal” yang bersifat mengundang. Pancingan ini bisa berupa kerusakan kecil yang diabaikan atau tidak segera diperbaiki. Kerusakan kecil ini memberi stimulus bagi pelaku vandalisme untuk melakukan aksinya karena mereka “membaca pesan” bahwa tempat tersebut terabaikan. Adanya coretan awal dimuka dinding akan memancing pelaku lain untuk “berkreasi” jika tidak segera ditangani.

Memerangi vandalisme adalah hal yang sulit dilakukan namun bukan berarti tidak bisa. Beberapa konsep desain menawarkan solusi untuk meminimalisir dampak aktivitas liar ini. Salah satu cara yang dikembangkan adalah membuat desain yang “tidak mengundang” bagi pelaku vandalisme. Prinsip ini dilakukan dengan berbagai macam strategi diantaranya member penerangan yang cukup disudut sudut ruang, menghias space kosong agar terlihat terawat dan berguna, menerapkan bahan anti gores seperti stainless steel. Semua strategi ini harus dikombinasikan dengan psikologi pelaku vandalisme dan diterapkan secara simultan.

Pelaku vandalisme pada umumnya melakukan aksinya ketika pengawasan dari pihak lain dirasakan kurang. Pemasangan kamera CCTV tentu bisa membantu akan tetapi ruang seperti kamar mandi dan WC tentu tidak mungkin menerapkan solusi ini. Satu hal yang menarik adalah bahwa kamar mandi umum di Mall mewah lebih jarang menjadi sasaran vandalisme katimbang kamar mandi umum terminal bis antar kota.

 
Leave a comment

Posted by on 08/09/2011 in Design And Architecture

 

Desain Interior Yang Adaptif (Intelligent environment)

Dalam upayanya untuk menciptakan kenyamanan di dalam ruang, desainer interior terus mengembangkan konsep-konsep baru yang bertujuan untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang ada. Salah satu inovasi yang saat ini sedang dikembangakan oleh desainer desainer di negara maju adalah konsep “lingkungan pintar” atau intelligent environment.

Kuat cahaya yang dibutuhkan tiap individu untuk dapat tidur dengan nyaman berbeda satu dengan yang lainnya sehingga seringkali menimbulkan benturan "selera"

 Konsep ruang atau lingkungan pintar sebetulnya telah sering kita jumpai di film film fiksi futuistik seperti star trek. Kapal induk USS Enterprise memiliki banyak kabin yang mengaplikasikan konsep ruang pintar ini. Misalnya ketika masuk ruangan maka lampu otomatis akan menyala dan temperature ruang akan menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai ruang. Selain itu jika penghuni menginginkan suara muik, maka dia hanya perlu untuk memberikan perintah suara dan music akan secara otomatis menyala.

 Aplikasi konsep ruang pintar ini sudah mulai diujicobakan sebagai pilot project dalam riset riset environmental design. Beberapa permasalahan yang saat ini masih belum terpecahkan diantaranya adalah ukuran standar normative kenyamanan yang berbeda beda antar satu pemakai ruang dengan pemakai lainnya.

 Ruang pintar pada dasarnya memiliki model yang sederhana yaitu stimulus atau input, sensor, pengolah data dan aksi. Input dapat berupa perintah langsung baik suara maupun pemrogaman tetap. Pemograman tetap adalah input data yang dimasukkan dalam memori yang meliputi informasi tentang suhu ruang, intensitas cahaya, suara music dan volumenya serta perangkat lain yang mungkin dibutuhkan oleh pemakai ruang. Selanjutnya input ini akan diproses apabila sensor menangkap kehadiran pemakai ruang dan memberi perintah kepada mesin untuk mengeksekusi program yang sudah dituliskan.

 Saat ini program tersebut hanya bisa mengakomodasi satu preferensi dari pemakai sedangkan untuk ruang yang dipakai oleh banyak orang masih membutuhkan banyak upaya penyempurnaan karena harus tercapai kompromi antara preferensi satu individu dan individu lain yang berbeda beda.

  

 
1 Comment

Posted by on 08/09/2011 in Design And Architecture

 

Kriteria Desain Yang Baik

Meskipun bidang desain berkait erat dengan selera subyektif, ukuran standar normatif harus tetap menjadi pertimbangan utama dalam menentukan hasil akhirnya. Ukuran normative ini merupakan parameter yang bisa diukur keberhasilannya sehingga tidak menimbulkan perdebatan subyektif yang tiada akhir. Toshiharu Taura dan Yukari Nagai dalam artikelnya Discussion on Direction of Design Creativity Research (Part 1) – NewDefinition of Design and Creativity: Beyond the Problem-Solving Paradigm menulis bahwa setidaknya ada 5 hal yang diharapkan dari setiap produk desain yaitu: Mudah digunakan, nyaman, terjangkau secara ekonomi, tidak memboroskan energy dan mudah dipahami penggunaanya.

Desainer harus memahami ke-5 harapan tersebut sebagai Kriteria yang harus dipeneuhi dalam setiap karya desainnya. Porsi yang ditetapkan untuk masing masing item criteria tersebut bisa berbeda beda. Misalkan untuk mendisain ruang keluarga, criteria kenyamanan bisa jadi menempati urutan teratas sedangkan masalah ekonomi mungkin tidak terlalu mendapat perhatian utama. Sebaliknya dalam mendisain dapur atau ruang kerja, kejelasan atau kemudahan penggunaan menjadi prioritas utama.

Kriteria desain juga terkait erat dengan tujuan desain yang akan dicapai. Desain yang bertujuan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja menuntut penghematan energy dan biaya perawatan yang rendah. Kerangka berpikir dalam kelompok criteria ini memudahkan desainer untuk mengganti dan mengatur urutan prioritas yang harus diterapkan dalam setiap proyek desain.

Desain yang baik tidak selalu harus memiliki nilai maksimal dalam setiap item criteria, ada kalanya nilai keterjangkauan ekonomis harus dikorbankan untuk mengejar kenyamanan. Artinya harga yang mahal harus bisa membayar tingkat kenyamanan yang diharapkan. kita bisa dengan mudah membalik cara berpikir semacam ini menjadi alat untuk mengukur desain yang gagal, yaitu harga yang mahal dan tingkat kenyamanan yang rendah.

Desainer interior rumah tinggal seringkali bertabrakan dengan konsep- konsep normative yang baku. Nilai subyektifitas pemilik rumah merupakan factor utama dalam menentukan hasil akhir desain. Penghematan energy seringkali diabaikan demi untuk menjaga standar kemewahan yang tidak perlu seperti pemasangan AC dan lampu-lampu spot berdaya tinggi. Tentu tidak ada salahnya bagi mereka untuk memiliki apapun yang mereka inginkan, hanya saja ada baiknya kita semua menjadi sadar dan peduli bahwa jika bisa dibuat hemat, mengapa dibuat mahal? Selain itu pengurangan pemakaian listrik yang tidak perlu dapat mengurangi dampak pemanasan global yang semakin parah.

 
Leave a comment

Posted by on 08/09/2011 in Design And Architecture